Kamis, 07 Februari 2013

Kebun bibit Kelompok


PRAKTIK   PENGEMBANGAN   KEBUN   BIBIT
Oleh : MARYONO (PENDAMPING P2KP)
Sumber : Soesilo Wibowo

PENDAHULUAN
Berdasarkan asupan kalori (Calorie intake Threshold) FAO  memperkirakan Penderita Gizi Kurang  di Dunia pada tahun 2005 – 2007 adalah sebagai berikut di India 238 juta jiwa, China 130 juta jiwa, Pakistan 43,4 juta jiwa, Kongo 41,9, Bangladesh 41,7 juta jiwa,  Ethiopia 31, 6 juta jiwa, Indonesia 29,9 juta jiwa. (http://filipspagnoli.wordpress.com/2010/11/18/human-rights-facts-210-where-are-the-hungry/  dalam BKP 2012)
Beberapa hal yang menyebabkan  terdapatnya penderita gizi kurang adalah 1) rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi beraneka ragam pangan, sayur dan buah 2) Pola konsumsi pangan yang masih didominasi oleh kelompok padi‑padian terutama beras, dan 3) konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral serta protein hewani masih rendah. (Pananrang, 2012).
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dalam rangka perbaikan gizi keluarga dan pencapaian pola pangan harapan maka pemerintah menetapkan Rencana Strategis (Renstra 2010-2014) melalui  empat sukses, pembangunan pertanian, dimana sukses yang ke dua adalah  Peningkatan Diversifikasi Pangan, sedangkan sukses lainnya yaitu Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan; Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor serta Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Pencapaian Peningkatan Diversifikasi Pangan diupayakan melalui  pencapaian empat sasaran kegiatan yaitu :
1)    Pemberdayaan  Kelompok Wanita (KWT) yang meliputi kegiatan optimasi pemanfaatan pekarangan dan pengembangan usaha pangan lokal
2)    Pengembangan Pangan Lokal yang mencakup pengembangan pangan lokal mendukung pangan untuk orang miskin (Pangkin) dan teknologi pengolahan pangan lokal
3)    Sosialisasi dan promosi  P2KP yang meliputi  sosialisasi pada anak usia dini dan promosi P2KP 
4)    Pengembangan  Kawasan Diversifikasi Pangan (KDP)/ Rumah Pangan Lestari yang meliputi optimalisasi pekarangan, pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD) dan pengembangan pangan olahan berbahan baku non beras/terigu

Dalam rangka pencapaian sasaran yang ke empat yaitu pengembangan Kawasan Diversifikasi Pangan (KDP)/Rumah Pangan Lestari, BKP merencanakan optimalisasi pekarangan sebanyak 100 desa per Kabupaten/kota dimana  setiap desa dilaksanakan 1 pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD). Makalah ini mencoba membahas bagaimana sebaiknya pelaksanaan (Praktik)  pengembangan  KBD di setiap desa.


PERAN DAN FUNGSI KEBUN BIBIT DESA (KBD)

Kegiatan pengembangan Kawasan Diversifikasi Pangan (KDP)/Rumah Pangan Lestari, bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan pekarangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan  kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.  Sasarannya adalah kelompok wanita (KWT)  dengan kegiatannya meliputi :
-       Membuat demplot pekarangan secara lengkap (sayur, buah, aneka umbi, kolam ikan, kandang ayam/itik)
-       Optimalisasi pemanfaatan pekarangan seluruh anggota kelompok
-       Membangun Kebun Bibit Desa (KBD)
-       Pengembangan pangan lokal berbasis tepung-tepungan
-       Sosialisasi P2KP bagi siswa usia dini (SD/MI) melalui pengembangan kantin sekolah dan kebun sekolah.
-       Pendampingan oleh Tim (Penyuluh pendamping desa P2KP, BPTP dan instansi terkait)

Salah satu kegiatan yang memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan Kawasan Diversifikasi Pangan (KDP)/Rumah Pangan Lestari adalah Kebun Bibit Desa (KBD).  Kebun Bibit Desa (KBD)  dapat diartikan sebagai suatu lahan, baik lahan  bengkok/kas desa ataupun milik warga masyarakat,  berada tidak jauh  dari pemukiman, yang digunakan untuk usahatani terpadu dengan tujuan utama memproduksi benih, yang akan disalurkan kepada anggota kelompok dan masyarakat desa. Dengan demikian KBD memiliki peran utama sebagai produsen benih dan juga  berperan sebagai supplier (penyalur) berbagai jenis bibit yang  dibutuhkan oleh anggota KWT maupun masyarakat desa yang meliputi :
-       Bibit sayur  dan buah.
-       Bibit aneka umbi
-       Bibit ikan  dan ternak ayam.
Agar KBD dapat berperan maksimal sebagai supplier  bibit maka KBD harus memiliki  fungsi sebagai :
-   fungsi produksi yaitu komoditas yang ada di KBD dapat memproduksi benih secara berkelanjutan
-  fungsi keberagaman yaitu komoditasnya memiliki keragaman horizontal sehingga dapat memenuhi kebutuhan bibit anggota KWT
-  fungsi estetika yaitu pengaturan penanamannya memperhatikan aspek keragaman vertikal sehingga dapat memberikan pemandangan yang indah dan teratur
-   fungsi lingkungan yaitu dapat memberikan rasa  aman, nyaman, dan sehat.

Persyaratan KBD adalah sebagai berikut :
sebagai berikut :
-  syarat luas : lahannya cukup luas sehingga dapat  memenuhi kebutuhan  bibit bagi anggota KWT
- syarat kekuatan : berada pada tapak dengan kemiringan < 10%, tanah stabil, subur dan bebas dari bahaya  bencana alam (longsor dll)
- syarat keterjangkauan : letaknya    strategis    sehingga  mudah dijangkau oleh anggota KWT yang
                                         memerlukan bibit
- syarat kenyamanan : tata ruangnya efisien dan nyaman serta memenuhi kebutuhan keindahan
- syarat keberlanjutan dan keunikan lokal : seyogyanya tersedia cukup air terutama di musim
                                                                   kemarau   dan komoditasnya ada jenis tanaman lokalnya.

PENDEKATAN  PENGEMBANGAN  KEBUN BIBIT

Berdasarkan pengertian dan persyaratannya KBD memiliki beberapa unsur sebagai berikut :
-       Lahan : kemiringan, luas, tinggi tempat diatas permukaan laut, status
-       Tanah : kesuburan fisik dan kimiawi
-       Air :  Kuantitas dan Kualitas
-       Penyinaran matahari : intensitas dan lama penyinaran
-       Benih : Jenis, Kualitas, kemudahan perolehan
-       Budidaya : mencakup panca-usaha
-       Produksi Benih : panen, pasca panen, kualitas dan kuantitas
-       Penyaluran
-       Pengelola.
Seorang pendamping Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dalam mengembangkan  KBD harus memperhatikan unsur-unsur KBD tersebut. Tahapan pengembangan KBD adalah sebagai berikut :
1.    Tahap  pertama yang harus dilakukan adalah pencarian lokasi KBD yang memenuhi persyaratan. Pertimbangkan luas Areal KBD yang dibutuhkan. Berdasarkan ukurannya, maka KBD dikategorikan sebagai berikut :
-       KBD sempit           <  500 m2
-       KBD sedang          500 – 1.000 m2
-       KBD luas               1.000 – 2.500 m2
-       KBD sangat luas   > 2.500 m2 .
Konsultasikan dengan Kepala Desa /Lurah sehingga disepakati lokasi KBD yang definitif. Calon lokasi yang dikonsultasikan tentunya telah memperoleh ijin pengelolaan dari pemilik lahan.
2.    Tahap kedua adalah melakukan survai dengan metode PRA/RRA komoditas apa yang dibutuhkan anggota (Needs) dan masyarakat desa, bukan komoditas yang diinginkan (not wants). Komoditasnya mencakup komoditas pertanian dalam arti luas mencakup pertanian pangan, peternakan dan perikanan.
3.    Selanjutnya pada tahap ketiga adalah berkonsultasi dengan Penyuluh Pertanian di tingkat  Kecamatan, Kabupaten atau BPTP untuk menentukan komoditas yang akan diusahakan di KBD dengan tetap mengupayakan  keberadaan  komoditas pangan lokalnya. Penentuan komositas yang akan diusahakan di KBD juga harus mempertimbangkan aspek agro-ekosistem dan agribisnisnya, terutama kemudahan memperoleh benih unggul dan sarana produksi pertanian lainnya serta dukungan sarana penunjangnya.
4.    Tahap keempat adalah penentuan tata ruangnya yang didasarkan pada jumlah/luas areal komoditas kelompok pangan tertentu, keragaman vertikal, kolam ikan dan kandang ternak, serta media budidaya. Media budidayanya dapat berupa tanah di kebun, pot, pipa pralon, bambu, polibag, atau bahkan tanpa tanah (hidroponik, aeroponik). Gambarkan desain KBD –nya serta  rencanakan pula  pergiliran tanamnya.
5.    Tahap selanjutnya adalah melaksanakan budidaya komoditas yang diusahakan di KBD dengan menerapkan panca usaha atau sapta usaha atau bahkan asta usaha, agar produksinya dapat maksimal. Produksi yang dihasilkan dilakukan penanganan pasca panen  meliputi pemilihan/sortasi, pengkelasan dan  kemudian dilakukan pembungkusan sesuai kebutuhan.
6.    Produksi benih yang dihasilkan kemudian di salurkan kepada anggota KWT maupun masyarakat desa  dan agar supaya pengelolaan KBD ini berkelanjutan maka perlu dimusyawarahkan bagaimana sistem penyaluran dan pengembalian benihnya.

PETUNJUK  PRAKTIK  PENGEMBANGAN  KEBUN BIBIT DESA


1.    Bentuklah 6 (Enam) kelompok peserta dengan anggota kelompok antara 4 - 9 orang.
2.    Tentukanlah kondisi wilayah di suatu desa berdasarkan kesepakatan di antara para anggota kelompok.
Nama lokasi :
-       Kampung :…………………………….Desa    : ……………………………
-       Kecamatan……………………………Kabupaten…………………………
Kondisi wilayah :
-        Jenis tanah ;………………………………. Tinggi tempat………………..
-        Kesuburan tanah…………………………  Kemiringan lereng …………..
-        Kondisi lainnya……………………..
3.    Lakukanlah secara simulasi   pemilihan 3 lokasi calon KBD. Yaitu
-       Lokasi 1 : lahan milik pak ………………………. Luas areal…………..Ha
Kondisi  lahan : Kurang baik/Cukup/ Baik (aspek air, strategis dll)
-       Lokasi 2 : lahan milik pak ………………………. Luas areal…………..Ha
Kondisi  lahan : Kurang baik/Cukup/ Baik (aspek air, strategis dll)
-       Lokasi 3 : lahan milik pak ………………………. Luas areal…………..Ha
Kondisi  lahan : Kurang baik/Cukup/ Baik (aspek air, strategis dll)
4.    Lakukanlah secara simulasi   pemilihan Benih yang dibutuhkan  (Needs) oleh anggota KWT atau masyarakat desa, dengan mendiskusikannya pada masing-masing anggota kelompok peserta.   Catat hasil   sebagai berikut :
-       Kelompok Umbi-umbian :             1……………………………
                                                      2……………………………
                                                      3……………………………...
-       Kelompok panganhewani :           1…………………..
2……………………………
                                                      3……………………………...
-       Kelompok sayur dan buah:           1………………………………
2……………………………
                                                      3……………………………...
-       Kelompok kacang-kacangan:      1………………………………
2……………………………
                                                      3……………………………...
-       Kelompok lainnya:                                    1……………………………..
2……………………………
                                                      3……………………………...



5.    Dengan mempertimbangkan agroekositem dan agribisnis (a.l. penjual benih) maka dapat ditentukan komoditas yang akan dikembangkan di KBD yaitu :
a...………………….. …………………luas……………......ha, media………………
            b. ...………………….. ………………..luas…………..…….ha, media…..…………..
            c. ...………………….. ………………..luas………………...ha, media………………
            d. ...………………….. ………………..luas………………...ha, media………………
e..………………….. ………………….luas………………...ha, media………………
g. ...………………….. ………………..luas………………...ha, media……………..
h. ...………………….. ………………. luas………………....ha, media……………..

6.    Selanjutnya gambarlah lay out,/tata letak atau denah KBD tersebut pada lembar terpisah. Jangan lupa rencanakan pola tanamnya dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.
7.    Berdasarkan luas areal dan cara budidayanya maka perkirakan produksi benihnya
a...………………….. ……luas…………….ha, produksi benih bentuk……………..kg/buah
b. ...………………….. …..luas…………..…ha, produksi benih bentuk…..………..kg/buah
c. ...………………….. … .luas……………..ha, produksi benih bentuk ……………kg/buah
d. ...………………….. …..luas…………….ha, produksi benih bentuk ……………kg/buah
e..………………….. ……luas……………..ha, produksi benih bentuk …………….kg/buah
g. ...………………….. ….luas……………..ha, produksi benih bentuk …………….kg/buah
h. ...………………….. … luas……………..ha, produksi benih bentuk ……………..kg/buah

8.    Selanjutnya lakukan simulasi bagaimana cara penyaluran produk benih tersebut !

9.    Selanjutnya lakukan simulasi bagaimana cara pengembalian produk benih untuk dimanfaatkan kembali di KBD .
10. Laporkan hasilnya !













DAFTAR  PUSTAKA 

1.    Arifin, Hadi Susilo, Aris Munandar,  Nurhayati HS Arifin   dan  Kaswanto. 2009. Pemanfaatan
       Pekarangan di Perdesaan. Buku Seri II.Manajemen Lanskap Perdesaan Bagi Kelestarian
       dan    Kesejahteraan   Lingkungan.   Bahan  Penyuluhan  dan   Harmonisasi.  Kerjasama                 
             Departemen Pertanian  dengan IPB.
2.    Arifin, Hadi Susilo, Aris Munandar, Nurhayati HS Arifin  dan Kaswanto. 2009. Pemukiman Sehat
             Dan    Berwawasan    Lingkungan.    Buku Seri III.   Manajemen  Lanskap  Perdesaan  Bagi  
             Kelestarian  dan Kesejahteraan   Lingkungan. Bahan  Penyuluhan  dan  Harmonisasi.          
             Kerjasama   Departemen Pertanian  dengan IPB.             
3.    Arifin, Hadi Susilo, Aris Munandar, Nurhayati HS Arifin dan Kaswanto. 2009. Potensi Kegiatan
      Agrowisata di Perdesaan. Buku Seri IV. Manajemen  Lanskap Perdesaan Bagi Kelestarian
      dan Kesejahteraan   Lingkungan. Bahan  Penyuluhan  dan  Harmonisasi.  Kerjasama                 
            Departemen Pertanian  dengan IPB.
4.    Arifin,  Hadi Susilo, Aris Munandar,  Nurhayati HS Arifin   dan  Kaswanto. 2009. Revitalisasi
      Praktek Agroforestri di Perdesaan. Buku Seri I.   Manajemen Lanskap  Perdesaan Bagi    
      Kelestarian dan Kesejahteraan   Lingkungan. Bahan  Penyuluhan  dan  Harmonisasi. 
      Kerjasama     Departemen Pertanian  dengan IPB.           
5.    [BKP]  BADAN KETAHANAN  PANGAN.  2012. Kegiatan  Percepatan Penganekaragaman
      Konsumsi  Pangan  ( P2KP).   Pusat Penganekaragaman   dan   Konsumsi Pangan
      Badan    Ketahanan   Pangan.    Kementerian Pertanian.   Bahan presentasi di Biro
      Perencanaan tanggal 13 Pebruari 2012.
6.    Pananrang,   Asri   Agung.    2012.     Pendampingan      Percepatan    Penganekaragaman 
      Konsumsi  Pangan  ( P2KP ).    Makalah    Disampaikan   Pada Acara  :  Pertemuan
      Pokja Akselerasi Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi  ( P2KP) dan                                                  
      Keamanan   Pangan   tanggal   23 - 25 Pebruari  2012 di Bogor.  Badan  Ketahanan
      Pangan  Daerah Propinsi Sulawesi Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar